TANJUNG DEWA
( Kisah Kerajaan Ghaib Di Kota Baru Kalimantan Selatan )
Kabupaten Kotabaru salah satu Kabupaten di Kalimantan Selatan. Kabupaten dengan ibu kota Kotabaru dengan luas wilayah 9.442,46 km2 berada di ujung tenggara, ternyata menyimpan banyak misteri.
Memamg sulit dinalar dengan akal sehat.
Namun banyaknya kisah mitos tentang kabupaten ini, sehingga konon kabarnya Pulau Laut bagian dari wilayah Kotabaru diberi nama kota Halimun.
Memang hingga sekarang ini belum ada yang dapat membuktikan secara ilmiah bahwa, Kabupaten Kotabaru tempat berkumpulnya makhluk yang tidak bisa terlihat kasat mata.
Seperti Saranjana. Mitos tentang Saranjana ini keangkerannya santer terdengar, bukan saja sebagai tempat makhluk gaib atau jin. Namun Saranjana sebuah kota mewah. Benar atau tidak cerita itu, waulahhualam.
Bahkan menurut para cerita masyarakat, selain Saranjana beberapa wilayah di Kotabaru ada kaitannya dengan Saranjana atau tempat berkumpulnya makhluk astral.
Seperti Tanjung Dewa dan Tanjung Ayun.
Dari cerita masyarakat Tanjung Dewa, masih ada kaitannya dengan Saranjana.
Menurut mitos beredar, Tanjung Dewa adalah sebuah kerajaan alam gaib.
"Ceritanya Tanjung Dewa juga sebuah kerajaan yang masih ada hubungannya dengan Saranja," kata Syamsi Bachrun (70), salah seorang tokoh masyarakat/Nelayan di Kotabaru .
Menurut Bachrun, terlepas percaya atau tidak tentang Tanjung Dewa adalah sebuah kerajaan bagi makhluk gaib, ia pun tidak bisa memastikan secara ilmiah.
Namun, itu diakui Bahcrun, pernah mengalami kejadian aneh.
"Saat itu sedang melaut (memancing). Antara setengah tidur atau bermimpi aku melihat bangunan jembatan megah persis di atas laut. Waktu itu ada yang menegur : Dengan kata, ei baapa di situ?.. (hei ngapain di situ.. ?)," kata Bachrun.
Bahcrun memiliki keyakinan, Tanjung Dewa dan Tanjung Ayun sebuah kerajaan alam gaib yang ada hubungannya dengan Saranja.
"Karena bangunan jembatan aku lihat waktu itu antara tidur dan bangun, panjangnya jembatan dari Gunung Jambangan menurun ke Tanjung Ayun kemudian ke Tanjung Dewa ujung jembatannya," ucapnya.
Kisah ini, tambah Bachrun, sudah lama dialami yaitu pada 1960, sewaktu masih aktif melaut. Tapi cerita kegaiban tentang Tanjung Dewa masih sampai sekarang diperbincangkan.
"Saat memancing di laut di wilayah itu pun tidak bisa bicara sembarang seperti sifatnya menantang. Pernah aku alami saat mamancing dengan teman. Waktu itu teman bicara, ini tarik pancing aku.
Dengar itu aku pun waktu itu tidak berani memegang pancing di tangan, tidak lama pancing aku ikat di perahu. Tali pancing semua putus semacam ditarik ikan besar," ungkapnya
Source : di Kutip dari pelbagai sumber
UNDER MAINTENANCE